Tentang Gitar (Antara Teori dan Feeling)
Hai sahabat semua... Kali ini, saya akan
berbagi hal-hal yang saya tahu tentang gitar. Di sini saya tidak akan jadi
seperti pengajar, tapi yaaa seperti teman untuk sharing-sharing saja, kan saya juga masih perlu banyak belajar.
Saya suka belajar teori dasar musik
Kalau saya sendiri, belajar gitar itu
banyak teoritis tapi diimbangi praktek. Saya tuh belajar teorinya, biar ada
dasarnya. Soalnya, banyak yang mau belajar gitar ke saya, tapi gak mau belajar
musik. Semacam langsung belajar akor untuk main lagu. Jadilah cuma bisa lagu
itu aja, bari gak tau ketukan, gak tau apa-apa gitu. Ya, jujur, saya dulu waktu
otodidak juga gitu, tapi bagusnya ada dasarnya.
Nah kalau masalah belajar teori, dulu
saya beli buku teori gitar agak membantu. Tapi ada teori-teori yang baru ngerti
setelah diajarin prakteknya sama orang lain. Misalnya, pull off, hammer on, bending, dkk. (karena, “dll.” Sudah terlalu mainstream) Ada juga teori-teori yang
saya bingung gunanya di mana, maksudnya saat dipraktekin, dipake di mana. Di
gitarlah... -____-
Hahaha... Maksudnya, si teori ini belum
bisa gua libatkan ke sebuah lagu gitu. Belum terlalu ngerti. Jadi, misalnya
teori Modes. Teori gerak melingkar...
eeh, itu mah fisika. Iya, tapi itu juga saya nggak ngerti gunanya dimana. Oke. Tapi,
kadang saya seneng juga dulu belajar teori, yaitu unsur-unsur transpose, karena tidak semua pemusik
bisa men-transpose.
Transpose
adalah mengubah kunci dasar sebuah lagu.
Kan saya
main musiknya di gereja, jadi harus bisa perkara beginian, overtune dan nurunin nada. Masakah kalau
Worship Leader a.k.a. WL minta
dikunci E, terus jadi kamu ga bisa mainin di E cuma bisa di C. Yaaa walaupun
bukan pemusik gereja, kalau kamu main lagu untuk nyanyi-nyanyi sendiri, masa di
C terus. Kenapa saya belajar mengubah kunci dasar begini juga ada alasan
pribadi.
Saya itu gak bisa nyanyi, makanya
daripada suara saya yang dinaikkin gak nyampe, mending suara gitarnya yang
dinaikkin. Ngerti gak? Nggak ngerti ya, ya udah.. Nah, unsur-unsur transpose itu apa aja sih? Hmm... Maksudnya, kamu harus mempelajari
ini biar bisa transpose. Cuatat yaaa,
biar ingaat. Mungkin, unsurnya; tangga
nada, interval, dan 145 mayor 236 minor 7 diminished.
Feeling?
Ya, segitulah modal saya buat transpose. Kalau sekarang sih, lebih
sering pakai feeling. Gimana ya
ngejelasin feeling? Feeling teh muncul sendiri kalau kamu
sering main gitar. Lantas cara ngelatih feeling
gimana? Caranya, kamu nyalain lagu; terus ambil gitar; terus pencet-pencet senarnya; terus dengerin yang
nyambung nadanya yang mana.
Naaah nebak nadanya itu bisa dibantu
oleh teori dasar. Misalnya kamu ketemu nada F#, lalu kamu fikirkan nada F# itu
ada di rangkaian akor apa saja. Oh, ternyata A dan E, tapi yang mana di antara keduanya?
Nah, berdasarkan urutan akor-akornya, letak F# dalam A itu di nomor 4, kalau
dalam E di nomor 2. Tinggal sesuain aja sama lagunya, si F#nya di mana.Ya,
itulah yang dinamakan ngulik.
Seorang pemusik harus suka ngulik, biar
semakin terasah feelingnya. Tenang...
saya mah bukan pemusik, saya yaaa cuma gitu-gitu aja. Naaah tapi ada satu
masalah yang membuat saya bimbang dan sedih. :’) Yaitu, saya lamaaaa banget
kalau nyetem. Bisa, tapi lama. Banget. Gitu. Sedih. Kadang saya nyetem tuh,
rasanya udah bener, tapi kata yang lain belum. Jadi bimbang. Itulah kelemahan
saya selain gak bisa nyanyi. Hehehe...
Yaa udah segitu dulu sharing-sharing dari saya.. Terimakasih..
sama-sama.. sampai jumpa!!
Komentar
Posting Komentar